Kamis, 29 Mei 2008

Harga Sebuah Eksistensi

Proses perjalanan dalam hari-hari terakhir kepengurusan Forkommi (Forum komunikasi mahasiswa minang) UGMtahun 2007/2008. Aku melihat ada 3 fase, yang pertama konsolidasi anggota, suksesi kepemimpinan dan musyawarah besar. Aku menyebutnya seperti itu, nama acara jelasnya aku tak tahu. Kira-kira aku rasakan begitu.

1. Konsolidasi yang coba digalang beberapa senior, pengurus 2007/2008, dan individu yang peduli pada institusi ini. Aku rasa semua orang peduli terhadap Forkommi, tingkat kepeduliannya saja yang membedakan. Aku tak habis pikir ketika Pak Wo memaksa dan sangat mengharapkan kehadiran ku dalam pertemuan yang direncanakan tersebut. Untuk kali ini akan diadakan di kosanku. Kebetulan aku dan Pak Wo satu kos. Pak Wo menunjukkan tingkat kepedulian yang sangat akhir-akhir ini dari tindakan-tindakannya. Sejauh apa yang dia lakukan aku tak tahu. Hanya aku merasa Pak Wo bekerja keras agar semuanya lancar. Yang lain pun aku rasa begitu.

Dihadiri beberapa orang, pokok pertemuan diarahkan pada angkatan 2006 yang akan melanjutkan tongkat kepemimpinan Forkommi selanjutnya. Ada aku, Heru, Rian, Hendro dan satu perempuan yang aku lupa namanya. Lalu Arief, ketua yang masih menjabat sampai pembubaran saat Mubes. Da Ipam dan Da Tommi, dua ketua sebelum Arief. Ilham, Nia, Yogi dan Pak Wo. Dari penjelasan mereka, ini pertemuan yang terakhir setelah hari-hari sebelumnya diadakan di beberapa tempat dengan orang-orang yang berbeda. Pendahuluan sesaat yang mengingatkan semua akan fitrah Forkommi. Lalu permintaan mengemukakan pendapat, berupa apa yang dirasakan selama menjadi anggota forkommi lalu rekomendasi langkah selanjutnya; inti dari pertemuan ini. Semua di sini bicara sebatas sharing, bukan mencari benar salah, menilai suka atau tidaksuka. Hal penting lainnya adalah pernyataan kesediaan angkatan 2006 untuk memegang, melanjutkan dan mengembangkan perjalanan Forkommi selanjutnya. Lama kita bicara, ngobrol dan bertukar pikiran. Walaupun begitu dari pertemuan yang sangat kekeuargaan ini, aspek-aspek yang ingin dicapai telah terangkum semua.

2. Suksesi kepemimpinan. Aku tak tahu kalau hanya ada aku sendiri dalam pertemuan kali ini. Aku berhadapan dengan Da Roni, Arief, Nia, Lola dan Pak Wo. Lagi-lagi pak Wo sangat mengharapkan kesediaan waktuku untuk menghadiri pertemuan ini. Kerja keras dan keinginan Pak Wo sangat jelas tergambar dari mukanya. Dedikasi yang patut diancungi jempol, yang lain juga. Terjawab keheranana-keherananku tentang tingkah Pak Wo. Setelah menikmati waktu kekosongan dari aktivitas organisasi di kampus, benar-benar hanya fokus kuliah. Pak Wo mulai menapaki jalan demi membawa Forkommi bangkit dari 'keterpurukan' ini. Pak Wo tak ingin menyesal untuk kedua kali, setelah penyesalan pertama kali dulu. Setahun yang lewat ketika Mubes Forkommi Pak Wo tak mengambil peran dalam kepengurusan. Pak Wo punya kapasitas yang lebih dari cukup untuk memimpin Forkommi, tapi karena kekhawatiran fokusnya terbagi dengan organisasi lain. Pak Wo menampik jalan itu. Mungkin aku agak salah menggunakan kata menyesal, tapi mau pakai kata apa lagi? Sekarang Pak Wo tak mau membuang kesempatan ini, dan aku lihat keseriusan Pak Wo dan yang lainnya untuk mengayomi dan bersama-sama melangkah dengan yang merasa Forkommi sesuatu yang harus diperjuangkan demi pencapaian yang lebih baik. Membuat eksistensi yang lebih vulgar, yang lebih menderapkan langkah.
Setelah pendahuluan, lalu masuk ke pokok persoalan. Terjadilah lemparan-lemparan pernyataan, saran dan dialektika pembicaraan antara aku dan steering committe. Semuanya masih dalam batasan Sharing. Tak ada unsur-unsur otoritas, perdebatan yang tajam. Pada khirnya di waktu lebih dari sejam aku menolak untuk masuk dalam bursa calon ketua Forkommi.

3. Musyawarah Besar XII Forkommi UGM, Minggu 18 Mei 2008, di Asrama Putri Bundo Kanduang JL. Bintaran Tengah No. 7 Yogyakarta.
Pagi itu acara yang rencana akan di selenggarakan jam 8, malah molor hingga jam 10. Peserta Mubes pun tak bisa dibilang banyak. Hingga saat Maghrib aku di sana peserta sudah lumayan banyak. Sidang Pendahuluan oleh badan pekerja Mubes, membahas berupa rancangan Tata Tertib Mubes XII. Dilanjutkan dengan pemilihan pimpinan sidang tetap.
Pimpinan sidang tetap terpilih melaksanakan sidang pleno. Di dalamnya bertujuan untuk memberikan penilaian terhadap laporan pertanggung jawaban pengurus.Selesai dan sore waktu itu meninjau penyempurnaan AD/ART/GBHK. Sama seperti tahun lalu aku masuk komisi A yang membahas AD/ART. Komposisi tahun sekarang beda. Tahun lalu aku masih banyak mengikuti, sekarang sudah banyak berkata. Dari kontribusiku yang sedikit ini aku setidaknya bisa mengungkapkan sesuatu dalam forum kecil ini. Hanya sampai Maghrib aku di sana, itupun pembahasan AD/ART kepada forum sidang belum selesai.
Menurut cerita Pak Wo, pembahasan AD/ART berjalan lebih lama dar yang lainnya. Andi terpilih menjadi ketua Forkommi tahun 2008/2009. Lalu pembahasan yang sama dengan tahun lalu juga kembali diungkapkan tahun ini lagi. Tentang perlu tidaknya diadakan posisi Sekjen dalam struktur kepengurusan Forkommi. Perdebatan yang panjang, akhirnya memutuskan untuk melegalkan posisi Sekjen. Begitulah.

Banyak atau tidak yang dapat dilaksanakan oleh kepengurusan Forkommi tahun lalu dan tahun ini, semua tergantung pada kontribusi bersama. Tak dapat diindahkan juga kalau organisasi ini menempatkan dua macam dalam perjalanannya. Menjadikannya sebagai organisasi sebagai konseptor dan eksekutor atau menjadikannya sebagai keluarga yang berdasar pada aspek kekeluargaan.
Entah seperti apa ke depan, aku belum dapat memutuskan aku akan bagaimana di dalamnya. Aku akan berbuat sebisa apa yang akan aku lakukan. Mulai dari bagaimana memahami posisi dan tindakan aplikasi nyata.
Semua tentu berpengharapan akan melakukan yang terbaik. Ini akan menjadi baik, ini akan menjadi kebanggaan, ini akan menjadi keluarga.

Tidak ada komentar: