Rabu, 14 Mei 2008

Terus Berjalan

Sayang...aku baru sadar ternyata kita melangkah jauh
meninggalkan detak detik kekasaran hati
sementara aku dan kamu masih merasakan sendiri
kekerdilan pikiran, kesombangan hati
terhanyutkan hembusan angin dari pohon
setiap jalan jauh kita lewati
menyongsong matahari menyambut bulan
menemani bintang, itu yang kita kerjakan
sayang...
aku berpuisi atau aku menyanyi
mengudarakan kepingan-kepingan masa lalu
sementara masih jauh permukaan masa depan


Susunan kata-kata Eta masih bisa kulihat setiap saat. Selalu kuamati dan masih berdesir perasaan ini padanya. Kegagalan selama ini bagi setiap orang selalu menjadi penyakitan. Kesalutan pertama dari sekian banyak yang aku banggakan dari seorang Eta, adalah caranya menyikapi kegagalan. Kegagalan tak membuatnya takut akan kegagalan berikut, tapi membuat dirinya menjadi seorang yang futuristik. Eta tak mencoba-coba bermain dengan perasaannya sendiri. Penentuan perasaan berangkat dari setiap kesempatan yang selalu datang. Suatu pertanda keinginan, tak mesti selalu menjadi beban.
Sekarang Eta bilang, aku menjadi orang baik. Kehadiran unsur-unsur baik melepaskan setiap prasangka dan tindakan keragua-raguan. Aku merasakan sendiri ketakutan akan kehilangan sosok seseorang pada diri Eta. Padaku Eta mengajarkan bagaimana seharusnya bersikap realistis. Sekarang malah terjadi kebalikan, aku berpikir dengan hati dan Eta dengan logika. Terakhir Eta bicara tentang sikap orang tuanya. Cita-cita yang mulia, masih bisa diwujudkan. Untuk tempat yang lebih jauh, cita-cita merubah peradaban, mempengaruhi persepsi orang lain.
Dalam waktu yang tak panjang dalam kebersamaan kita, aku dan Eta mengalami banyak hal. Pergolakan-pergolakan emosi, pertikaian-pertikaian hati, permainan-permainan kata, hingga rasa. Membuat kita banyak belajar.

Tidak ada komentar: