Sabtu, 08 November 2008

Indonesia, MUAK!!!!

Di negeri seberang orang berjuang untuk bangsanya,
di sini orang berjuang untuk kroni dan diri sendiri



Read More......

Kamis, 06 November 2008

RASIALISME TELAH USANG

Terserah Barack Obama akan merealisasikan agenda dan program kerja yang dia rancang dan koar-koarkan selama masa kampanya yang panjang. Dari Hillary Clinton sampai John McCain sekarang. McCain menambah aroma perperangan dengan seorang rupawan, Sarah Palin. Namanya enak diucapkan, tak terlalu ribet seperti nama Eropa dan Amerika lainnya. Saya juga tak mengerti bagaimana mengucapkan nama dan kata, tapi tetap saja enak SARAH PALIN.
Apalagi seorang teman yang jika telah membicarakan pemilihan presiden di Amerika, yang paling pertama dia lontarkan adalah boot-nya Sarah Palin. “Keren banget, seorang calon wakil presiden perempuan, alamak boot-nya itu, sudah seperti artis saja”, dia mencerocos. Akibatnya saya searching di google dengan memasukkan kata Sarah Palin dan ternyata memang cantik. Panjang pula informasi media tentangnya, menghabiskan dana kampanye untuk berdandan dia dan keluarga, ya termasuk anak-anaknya itu. Lalu kebijaksanaannya yang memecat seorang pegawai pemerintahan, semacam polisi ya? Saya lupa dan malas membalik-balik koran lagi. Tapi Sarah Palin tak akan jadi wakil presiden, mungkin tetap saja jadi Gubernur di salah satu negara bagian seperti sebelumnya, atau dia telah meletakkan jabatannya?


Obama mengukir sejarah, akhirnya tercapai juga cita-cita Martin Luther King untuk memperjuangkan persamaan hak bagi warga kulit hitam di Amerika 45 tahun silam. Kita pun warga Indonesia dibuat sibuk dengan pemilihan presiden Amerika ini, kita bermil-mil jauhnya dari mereka. Ada dari kita yang merasakan kebanggaan dan kesenangan atas kemenangan Obama, ada juga yang tak terlalu peduli, apalagi mereka yang selama ini menentang dan sangat membenci Amerika. Padahal tak tahu apa yang terjadi, apa yang mereka benci, entah ajaran dari siapa yang mereka dapat. Ini lepas dari kepentingan politik dan ekonomi. Kepentingan agama tak dapat disangkut-pautkan.

Yang jelas Amerika menunjukkan pada kita semua. Semua manusia punya harkat, martabat, dan hak yang sama termasuk menjadi seorang presiden.
Dalam editorial koran Tempo, 6 November 2008, di negara ini, Indonesia, diskriminasi dan rasialisme masih terjadi kendati undang-undang, bahkan konstitusi, telah diperbaiki. Dalam Undang Undang Dasar 1945 yang diamandemen, misalnya syarat seorang presiden dan wakil presiden tak lagi mengharuskan orang Indonesia “asli” tapi cukup terlahir sebagai warga negara Indonesia.
Persoalannya, dikotomi kesukuan, Jawa dan luar Jawa, masih terasa. Bangsa ini seolah belum bisa menerima kenyataan seorang presiden bisa terlahir dari suku non-Jawa. Dikotomi agama pun kerap jadi masalah. Padahal Amerika telah menyelesaikan soal ini hampir setengah abad silam, ketika John F.Kennedy tampil menjadi presiden pertama dari kaum katolik yang mayoritas.
Ya begitulah bangsa ini, penuh kekerasan, primordialis, dan bermental miskin. Tak semua memang, tapi sebagian cukup menggambarkan itu kan?
Sudahlah
Read More......