Sabtu, 17 Mei 2008

Semarang Jauh

Selang 4 hari setelah "bermain-main" di lokasi penambangan pasir di kali Gendol, Merapi. Tiba-tiba aku harus ke Semarang. Perjalanan waktu yang membawa ke sana. Kesempatan pertama ini aku tak sendirian, bersama Eta.

Jumat, 8 Mei. Mandi berkali-kali memberi inspirasi. Kadang terpikir hal yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Ada-ada saja ide-ide baru yang muncul, terkadang menemukan realitas. Bukan karena hal-hal di atas, aku mengajak Eta ke Semarang menjelang sore itu. Aku harus mengikuti kuliah tambahan dulu jam 3, kenapa harus ada kuliah tambahan? Kurang kerjaan!
Aku sudah gelisah duluan memikirkan jalan ke Semarang. Rencananya setelah Eta menyetujui kepergian ini, kita akan pakai motornya (jelas motorku tak dapat diandalkan). Belum semudah itu, kesulitannya kita harus ke Solo dulu ngambil STNK motor Eta. Kesepakatan terakhir sebelum aku meninggalkannya sejenak demi kuliah yang membosankan dan tak kuperhatikan sama sekali.

Pertanyaan-pertanyaan:
- Dari Solo bisa langsung ke Semarang, tak harus balik lagi ke Jogja?
- Kalau bisa, lebih jauh mana langsung dari Solo atau balik lagi ke Jogja?


Aku tanyakan ke salah seorang teman, jawabannya: dari Solo bisa langsung ke Semarang tanpa harus balik lagi ke Jogja. Mengenai jauhnya jarak, atau lamanya waktu tak ada jawaban pasti. Jelasnya dia tak tahu. Dia malah bilang belum lama dia ke Malang, ada sekitar 10 jam.

Aku mengakhiri sendiri perkuliahan sore itu, waktu menunjukkan pukul setengah lima ketika aku mohon diri untuk diperbolehkan keluar duluan. Eta sudah siap ketika aku berada di rumahnya lagi. Memulai perjalanan Jogja-Solo (Sukaharjo) jam 6. Setelah beres-beres di kostku, mengambil pakaian secukupnya dan perlengkapan. Setelah beli obat Flu Eta.Setelah beli jajanan pasar karena aku sangat lapar, setelah mengisi bensin. Jam 7 lewat sedikit sampai di rumah Eta. Perbincangan dirinya dengan orang tuanya yang menemani penungguanku. Satu jam lewat untuk interaksi antara orang tua dan anaknya yang kuliah di kota berbeda cukup sudah. Meninggalkan rumah Eta, kita sudah mengantongi STNK, dan sobekan peta dari atlas. Peta Jawa Tengah. Petunujuk peta, untuk mencapai Semarang dari Solo, harus melewati Boyolali, Salatiga.

Makan di kawasan Solo baru sekalian mencari informasi-informasi. Penting: ke Semarang kira-kira 2 jam dari Solo. Tak begitu lama. Dalam bayanganku, sekitar 3 jam lebih, melihat jarak di peta yang begitu jauh. Tak hanya sekali bertanya, tapi berkali-kali dan jawabannya sama. Informasi teman Eta, smsnya ke Eta ketika sedang jalan dari Jogja ke Solo. Mas-mas penjual rokok, bapak-bapak jualan apa gitu, mas-mas tempat kita makan. Dan tak lupa untuk mbak dan mas yang tak dikenal yang selalu kutanya ketika berhenti di persimpangan berhias lampu merah, kuning hijau.Sedikit jalan terang menuju Semarang.

Dingin makin lama makin menyergap kita berdua hingga menggigil. Merokok sebentar untuk menghilangkan kedinginan. Memasuki kota Salatiga kita berhenti sejenak. Perjalanan masih jauh, hingga akhirnya petunjuk jalan ke Semarang semakin dekat. Di depan hotel Plaza kita menginjakkkan kaki pertama kali di Semarang. Ink yang telah sedari tadi ku hubungi datang menjemput. Jadilah kita nginap di kos Ink malam itu.

Selama di Semarang tak banyak tempat-tempat wiasata yang kita kunjungi. Mutarin jalanan Semarang. Tahu universitas Dipenogoro. Kesimpulan sejauh yang aku rasakan, aku tak melihat atmosfer perkuliahan yang bagus. Mungkin karena hanya melihat di permukaan. Udaranya yang panas, khusus di tembalang makanannya kurang sangat memuaskan. Dan aku benar-benar merasa beda dengan Jogja, memang pantas Jogja dibilang kota pendidikan. Aku merasakannya saat itu. Akhirnya aku berkesempatan juga bertemu Katik, teman dari kecil hingga sekarang. Dia sedikit bercerita tentang problem-problemnya, ketidaknyamanannya kuliah di sini. Terus rencana mengulang SPMB lagi tahun ini. Targetnya UI. Butuh adaptasi panjang aku rasa untuk benar-benar cocok dan menikmati kehidupan di tempat yang berbeda. Masalah teman menjadi penting di sini, wajarlah dia baru setahun di Semarang. Awal-awal aku di Jogja aku juga merasa agak stres menjalani adaptasi itu. Terbayang kampung halaman yang jauh sekali. Tapi perjalanan waktu membuat diriku bisa menyatu dengan kehidupanku lagi. Aku kembali menjadi pemilik jiwa dan ragaku. Katik hanya butuh waktu sedikit lagi dan selalu belajar. Cari kegiatan yang positif dan jangan terlalu sok-sokan. Kalau niat hidup untuk terus belajar semuanya akan terasa ringan.
Lalu Suhan Jagara. Aku dan dia satu SMP, satu SMA. Kenal tapi tak begitu dekat. Banyak perkembangan dari dirinya. Bukan sekali ini saja aku dengar tentang dirinya. Dulu Ink dan Katik telah pernah cerita. Tapi sekarang aku melihatnya langsung. Dia kuliah di Fakultas Hukum Universitas Dipenogoro. Aktif di KAMMI atau HMI ya, vokal dan terkenal di kalangan kampus sebagai aktivis muda. Proyek, seminar dan pertemuan dengan orang-orang penting. Selain itu masih banyak yang bisa dibanggakan darinya. Berbeda saja jika mengingat masa SMA dulu, berkembang jauh. Ink dan Katik waktu awal cerita tentang Suhan dulu ya sama tidak menyangkanya.
Begitulah kehidupan kawan, seperti yang Eta bilang, perjalanan waktu bisa mengubah seseorang.

Malam minggu itu, aku dan Eta dibawa Ink menemui Suhan. Bertemu ketika dia sedang mengkoordinir rapat. Dia menyambutku, aku jadi terharu. Seperti biasa jika ada teman bertamu ke tempat kita, apalagi itu untuk pertama kalinya, ada hasrat untuk mengajak kota-kota. Dengan otoritasnya Suhan mengakhiri rapat, demi aku. Aku dan Eta diajak putar-putar, dan ditraktir karaoke-an. Suhan baru dapat proyek survey dari CSIS, lembaga kepunyaan Indra J. Piliang. Duitnya tak tanggung-tanggung. Ink yang diajak Suhan pun ketiban pulung. Ink berubah juga sekarang, dia ingin aktif di lembaga kemasyarakatan. Seharusnya Katik bisa meniru, kalau tidak akan stres selamanya.
Kita baru punya kesempatan banyak bicara saat makan di burjo. I love Jogja...kau masih menghadirkan tempat yang eksotis yang tak kutemui di kota lain, Semarang ini salah satunya. Burjo yang berbeda dengan burjo di Jogja, Suhan bilang burjo yang kita singgahi ini tempatnya kawula muda mangkal. Setelah dugem di lantai enam (Hugos maksudnya), para clubber menghabiskan malam panjangnya di sini. Apa? di tempat ini! Eta bilang saat dia burjo tiba-tiba dia kangen suasana kali Code. Walaupun tak sedikitpun suka tempat itu, tapi ke-eksotisannya yang membuat Jogja begitu indah. Yah begitulah..bisa dibayangkan.
Aku banyak bertanya pada Suhan. Mengenai pertemuannya dengan orang dan tokoh-tokoh yang dapat disebut punya nama di Indonesia, setidaknya para pengamat politik, ekonomi dan sebagainya atau aktivis yang sering masuk koran. Titik balik saat dia bisa memaknai dunianya sekarang, beranjak dari perbandingan jika dia masih di kampung, dia tak dapat membayangkan. Masih seperti dulu, tempat dan zaman serta rekonstruksi pemikiran yang masih feodal. Dia bicara menggebu-gebu, dia menguasai apa yang dia bicaraka. Dia tahu kapasitas dirinya. Menyadari dia akan lebih banyak berkembang ke depan. Jika tak hari sudah terlarut malam, percakapan ini tak akan habis. Aku melihat rona-rona kelelahan dari mata yang mengantuk itu. Aku tak akan memaksanya menemani ku dan Eta jalan-jalan melihat Semarang di malam minggu ini lagi. Dia masih beraktivitas besok. Salaman hangat untuk perpisahan sesaat ini. Aku mengundang dia ke Jogja membalas kunjunganku suatu waktu. Mudah-mudahan saja dia 'orang minang' berikutnya.

DP mall, Ciputra Mall, Lawang Sewu, kampus Undip. Beberapa tempat yang aku dan Eta kunjungi di Semarang. Banyak tempat yang belum sempat kita elaborasi lebih jauh. Karena ini bukan terakhir kali kita ke Semarang, suatu saat akan kembali lagi menyusuri jalanan berbukit-bukit ini. Jalan pulang lebih panjang dan memakan banyak waktu dibanding jalan pergi. Semarang-Ambarawa- Temangung (hanya lewat) -Magelang. Kita sempat menikmati srabi di daerah apalah, opak juga.

Magelang, menjadi tempat pemberhentian berikut. Tak tanggung-tanggung kita sembahyang di klenteng yang berposisi di kilometer 0. Akulturasi budaya, aku rasa. Pulang ke Jogja, sampai pas maghrib.

Untuk melakukan perjalanan yang jauh harus dilakukan persiapan yang jelas, pakaian atau perlengkapan lainnya. Uang jelas menjadi sesuatu yang harus ada. Jangan pas-pasan. Pelajari jalan dan tempat-tempat wisata.
Secara keseluruhan walaupun agak kacau, tapi perjalanan ke Semarang aku dan Eta ini cukup bagus. Setidaknya kita bisa belajar dari Semarang. Bandung, Jakarta, Malang, Surabaya, dan Bali masih menunggu kita Ta!

Tidak ada komentar: