Rabu, 14 Mei 2008

Di Dua Puluh Tiga Maret

Dua anak manusia dalam perjalanannya

Awalnya menemukan persamaan-persamaan yang membuat kita nyaman satu sama lain. Lalu berubah menjadi kegamangan-kegamangan yang membuat kita mengerti kalau semua ini harus dijalani sepenuh hati. Pertikaian-pertikaian hati, pergolakan-pergolakan emosi, penyadaran-penyadaran logika membuat kita pernah jauh dan saling mendekati. Kepribadian-kepribadian dalam perbedaan tak akan pernah terselesaikan . Semakin jauh kita melangkah semakin terlihat perbedaan-perbedaannya. Tapi semua sirna tanpa pernah kita kehendaki, pencarian-pencarian arti kehidupan? Perasaan kasih sayang kah?
Jika aku melihat ke dalam matanya, aku menemukan sebuah jawaban dari oase selama ini. Jawaban atau pertanyaan? Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan atau pertanyaan dari jawaban-jawaban? Aku ingin dia mengutarakan sesuatu...

Kepada ibu-ibu penjual pisang rebus beserta ubinya dan perlengkapan lainnya

"Bu, beli pisangnya, satunya berapa?
"seribu!"
"ha? satunya seribu?"
"ndak, segininya seribu" sambil mengangkat dua buah pisang dalam satu tandan kecil
"ya udah dua aja Bu,"
"saya kasih ubinya satu "
"makasih ya bu, hati-hati pulangnya!'

Ku melihat mata yang terkejut, ibu penjual pisang rebus merindukan suatu mas yang tak ada kepenatan. Ibu itu lelah dengan semua yang dia lakukan. Sayangnya tak bisa menikmati masa muda dengan layak. Aku melihat diriku, mengenakan kemeja cardinal seharga seratus tiga puluh ribu, dilapisi jaket murahan di barang second, menggunakan jeans bermerk lee, walaupun bekas tapi gaya sekali. Kakiku di tutupi sepatu quiksilver berwarna coklat. Terasa hangat, ibu itu hanya menggunakan sandal jepit tipis. Walaupun beralas kaki tapi bagiku tetap saja bertelanjang kaki. Diterpa dingin, dimainkan debu jalanan.

Tidak ada komentar: