Jumat, 06 Juni 2008

Surat

Assalamualaikum Ayahnda dan Ibunda...

Bagaimana ananda akan memulai mengatakan sesuatau yang sebenarnya tak dapat ananda ungkapkan. Tapi ananda tak akan menjadi berani jika tak mengatakannya kepada ayahnda dan ibunda. Ananda belajar menjadi orang yang berani hingga jauh diri ini dari ayahnda dan ibunda. Tak lagi bisa ayahnda dan ibunda amati setiap saat, tak dalam pengawasan mata, tak juga dalam nasihat ayahnda dan ibunda langsung.

Sejauh waktu ananda berjauhan dari ayahnda dan ibunda, tak sedikit yang ananda temui dalam hidup ini. Berbagai macam ilmu pngetahuan menyerang ananda bertubi-tubi. Hingga tak terelakkan olehnya, bukannya ananda mengelak bukannya anda kenyang dengan semua yang ananda dapat rasai itu, malah ananda semakin lapar dan haus dengan ilmu pengetahuan itu sendiri. Ananda sekarang tentu sama seperti ayahnda dan ibunda dulu, banyak bertemu macam manusia. Bertanya dan tak henti-hentinya ananda berbincang dengan sekian ragam manusia itu ayah bunda. Banyak yang ananda ketahui jika sebelumnya tak ananda ketahui, banyak hal yang ananda terima dan ananda anggap semua itu ilmu pengetahuan ayah bunda. Sekolah formal ananda masih seperti yang ananda niatkan dulu sebelum ananda menjejakkan kaki di tanah jawa ini. Tak ada yang kurang tak ada yang tak berkembang dalam diri ananda ini, jiwa dan raga. Tak perlu ayahnda dan ibunda cemaskan. Dalam hal ini ananda masih berada di jalan yang sama ketika ayahnda dan ibunda melepaskan ananda dulu.


Tak terbersit sedikitpun dalam hati ini untuk memperlama dan mempersulit masa selesai sekolah ananda. Malah begitu keras keinginan untuk segera menyandang gelar sarjana, dan lepas dari kesusahan ayahnda dan ibunda dalam membiayai sekolah ananda. Sesegera mungkin ada pikiran untuk secepat mungkin berjalanlah waktu sekencang mungkin. Hingga ananda sudah berpenghasilan sendiri. Berniat ananda untuk menyekolahkan adinda, bungsu ayahnda dan ibunda. Setidaknya meringankan beban ayah dan bunda. Ananda kadang merasa malu juga pada diri ini, di usia yang tak bisa dibilang kanak-kanak ini, ananda masih begantung pada ayahnda dan ibunda seutuhnya. Tak mengurangi beban, malah ananda merasakan beban ayah bunda semakin berat. Tapi ayahnda dan ibunda selalu menjawab 'itu sudah kewajiban kami, tak perlu dipikirkan'. Begitu mulianya ayahnda dan ibunda. Ananda langsung nelangsa mendengarnya dan yang tersisa hanya keinginan untuk membalas dan tak menyiakan kasih sayang ayah bunda.

Sekarang ayah bunda. Belum sempat ananda mengurangi beban ayah bunda, belum sedikitpun menghadirkan kebanggaan dalam diri ayah bunda. Ananda yang hina ini, malah melawan kepercayaan ayah bunda. Ananda menghadirkan sesuatu yang tak pantas ayah dan bunda terima. Ananda hina ayah bunda.
Ananda menyakiti hati, harga diri ayah bunda.
Kabar yang telah datang pada ayah bunda ini tentu sangat tak dapat ananda bayangkan bagaimana perasaan ayah dan bunda.

Dalam kesempatan ini, ananda mohon izin secara tulisan ini pada ayah bunda untuk menikah. Ananda tak dapat lagi bertahan untuk selalu terus begini. Sudah saat yang tepat ananda rasa jika ananda punya keinginan ini. Mungkin bagi ayah bunda serasa tergesa-gesa, tapi tidak bagi ananda, ayah bunda. Mungkin yang ayah bunda bayangkan bagaimana kehidupan ananda ke depan. Ayah bunda tak perlu khawatir, karena ananda siap menjalaninya apapun hambatan dan halangannya. Ananda siap karena yakin dengan apa yang ananda pilih, apa yang ananda kehendaki.
Apakah ananda anak yang tak berbakti pada orang tua, ayah bunda? Ananda menghancurkan harapan ayah bunda? Tapi apa yang ananda hancurkan harapan ayah bunda, ananda tetap menjalani sekolah, dan terus akan menyelesaikannya, walaupun seandainya ini terwujud, sekolah bukan satu-satunya yang ananda pikirkan. Ananda juga harus punya penghasilan untuk menghidupi keluarga ananda. Ananda siap untuk itu ayah bunda.
Sekiranya sekarang ananda mohon kerelaan dan pikiran yang matang dari ayah bunda, dan mudah-mudahan memberikan keputusan yang sebaik-baiknya.

Tulisan ini hanya menjadi penghantar kepada ayah bunda, secepatnya ananda akan pulang. Agar ananda, ayah dan bunda dapat membicarakan ini secara lisan. Karena dengan tatap muka, ada kejelasan yang bisa diselesaikan.

Sedikit ananda perkenalkan gadis yang akan menjadi teman hidup ananda. Namanya A, seorang gadis jawa ayah bunda. Orang tuanya tinggal di S. Bersekolah juga di Y. Umurnya dua tahun di bawah ananda. Mudah-mudahan dengan ridho dari ayah bunda bisa menjadi menantu yang baik. Dari kita berdua tak ada lagi yang tertinggal, semuanya telah kami pertibangkan baik buruknya. Ke orangtuanya pun ananda telah mengungkapkan ini.

Sembah hormat ananda

Tidak ada komentar: