Selasa, 29 April 2008

Lomba Menulis sms Cepat

Tanggal 25-29 April di Mandala Bhakti Wanitatama ada pameran buku dan teknologi informasi. Aku dan Eta telah kesana pas hari pertama, bukan saat pembukaaan tentunya. Selepas maghrib kita sudah mengitari tempat tersebut, rencananya Eta akan membeli buku tentang matematika komputer. Ha? kira-kira begitulah. Pastinya aku juga tak tahu konkrit bukunya seperti apa. Tidak judulnya, tidak juga pengarangnya, tidak juga penerbitnya. Sampai semua stand dikunjungi buku yang diinginkan tak juga bertemu. Malah pusing, karena jalannya mutar-mutar. Lumayan bagus, buku-buku di pamerannya. Sayang aku sedang tidak "berpunya" saat itu. Sangat-sangat tidak berduit. Bahkan satu kos-an semuanya dilanda kemiskinan. Bokek berjemaah seperti diungkapkan seorang teman, yang dengan penuh keprihatinan mengutarakan kata-kata yang sangat menyakitkan itu tentunya.

Setidaknya kalau masih ada dua orang, bahkan mungkin satu orang saja yang punya duit berlebih sehingga dapat dipinjami. Orang itu tentu sangat bahagia mungkin, karena punya banyak piutang dimana-dimana. Salah satu cara menabung yang baik adalah meminjamkan uang kepada teman. Anggap saja kita menyimpankan uang kepunyaan kita kepada orang lain, dan suatu saat akan balik lagi. Walaupun dalam jangka waktu yang lama, syukur-syukur sebentar. Tak apa, sesuai prinsip awal anggap saja menabung. Tapi sepertinya jadi masalah jika kita juga mencari utangan ke teman yang berbeda. Utang ditagih, dan berharap-harap cemas, piutang kita akan dikembalikan. Malah jadi gali lobang tutup lubang.
Karena itulah akhirnya tak bisa membawa pulang dua atau tiga buku dari pameran ini, sampai pameran ini selesai, sepertinya tak akan ada buku tambahan. Pameran buku adalah saat dimana kita mendapatkan buku-buku murah. Harganya sedikit lebih murah dibanding di Toga Mas, dan yang pasti lebih murah dibandingkan GRAMEDIA. Tapi malam ini sepertinya sama saja, tak berbeda jauh. Mungkin yang dapat dibanggakan dari suatu pameran adalah kita dapat mencari buku yang jadul sekali. Buku yang sangat lama. Buku yang sudah bertahun-tahun di lemari dan berbau ngengat. Bau buku seperti itu khas sekali, seperti pertama kali membuka roti kaleng dari plester yang membalurinya, lalu dicumbu dengan sepenuh hati. Di Padang namanya roti kaleng, di Jawa aku tak tahu. Soalnya belum pernah beli. Suatu saat aku akan membelinya bersama Eta.
Sepertinya membeli buku komputer itu harus yang terbaru, semakin baru semakin baik dan lengkap. Beda agaknya dengan membeli buku sosial humaniora. Semakin dulu kala semakin dicari, jika didapatkan hati akan berbunga-bunga. Buku Madilog, Tan Malaka ku belum kembali, tertinggal bersama seorang seniorku waktu SMP dan SMA. Aku merasakan gelagat dia tak akan mengembalikan bukunya. Jikalau sempat aku pulang aku akan melacak keberadaannya dan meminta buku itu kembali. Bukunya kan susah dicari!!!!!!!! Aku mendapatkannya juga dari turunan seseorang yang tak pernah kukenal. Mungkin aku keturunan kesebelas dari pemiliknya pertama dulu. Aku mencoba membantu Eta mencari buku yang dibutuhkannya itu. Penerbitnya apa? Andi Offset jawab Eta. Mohon maaf kalau terdapat penulisan nama dan gelar. Andi Offset punya stand yang lumayan luas, dan dijejali banyak buku. Tak satupun buku daripada kebutuhan Eta. Kalau penerbit buku teks wajib zaman SD, apa hayo?? Benar jika ada yang menjawab Balai Pustaka. Di SMP pun masih ada sepertinya. Buku balai pustaka tidak dijual dan diperbelikan. Milik Pemerintah. Setiap tahun ajaran baru buku bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial dipinjamkan perpustakaan sekolah. Saat aku SD masih dipakai, SD zaman sekarang tak tahu. Banyak buku Erlangga atau Grasindo, atau apalah. Sepertinya agak bagusan. Sebelum penerimaan raport buku yang di tempatku disebut buku wajib itu harus dikembalikan lagi ke perpustakaan dan mendapat imbalan secercah kertas tanda bebas pustaka. Fungsinya untuk mengambil raport. Waktu aku SMP ditambah dengan menjilid soal-soal ujian saat Ujian Semester. Menyebalkan sekali kelihatanya dari sekarang. SMP dan SMA dendam ku terhadap buku teks pelajaran yang bagus semakin menjadi-jadi. Tak dapat ditahan-tahan akhirnya aku mencuri buku-buku di perpus, tak hanya buku Balai Pustaka tapi semua buku yang bagus menurutku. Kebanyakan sastra dan roman-roman lama. Chairil Anwar, Hamka, Mochtar Lubis, Nur.ST Iskandar, Marah Rusli, Sutan Takdir Alisjahbana dan kolega-kolega penyastra lainnya aku tawan di rumah. Putu Wijaya dan Taufiq Ismail lainnya tak luput dari target operasi Intelectual crime ku. Aku berdalih kenapa bukunya tidak diperjualbelikan, kalau dijiual pasti aku beli. Karena tak dijual aku curi saja. Dan bukunya kan tak cuma satu, ada beberapa eksemplar, sekolah tak akan rugi. Itu hanya hipotesa dariku, sebenarnya aku sadar sekali tindakan ku salah. Karena aku belajar di filsafat aku ragu itu salah apa benar. Tapi esensi dan fungsi filsafat adalah mencari kebenaran. Aku belum betul-betul mendapatkan "berfilsafat". Dengan kekerasan hati aku belum bilang itu salah. Dan belum berhak juga mendapat hukuman. Elegan sekali gaya dan penampilanku saat melakukan aksi pendosa itu. Dengan tatapan khas ku, dengan tidak banyak omongku, dengan ke-Rangga-an ku, dengan ketakutan-ketakutanku, dengan semua ketidakpercayaanku pada semua orang di sekolah terlebih di SMA aku melangkah anggun dengan buku yang kuselipkan di dalam celanaku. Rasakanlah! hahaha! Aku melihat dalam bayanganku, cara menatapku dulu sama dengan tatapan Eta sekarang. Penuh ke-skeptis-an. Indah, indah sekali. Eta ditambah dengan cemberut di bibir mungilnya. Eta cantik sekali. Aku pernah bilang ke Eta "Ta aku panggil kamu SEA (laut) ya? nama panggilan untukmu dariku!" "kenapa?", jawab Eta. " Bagiku kamu itu seperti laut, lepas, luas dan tak bisa ditebak. Kamu penuh kedamaian selalu menyejukkan cocok lah kalau laut warnanya biru.Yang paling penting laut itu indah. Sama sepertimu di mataku" "Aku sebenarnya mau manggil kamu pantai, tapi sepertinya tak enak diucapkan. Beach kan bahasa Inggrisnya. Nanti pengucapannya malah jadi bicth. Masa' aku panggil kamu bicth ".
Dari awal saat melihat baliho dan spanduk Pameran Buku dan TI ini, aku dan Eta sudah berniat akan mengikuti training jurnalistiknya. Pada kenyataannya, telah diputuskan kita tak akan mengikuti pelatihan jurnalistik tersebut karena kontribusinya sangat mahal, lima puluh ribu rupiah. Kecewa, tapi tak terlalu, karena ini bukan yang terakhir kalinya, Jogja masih diantri untuk training-training berikutnya. Tapi hal ini mengajarkan hal penting bagiku, yaitu berhemat. Menabung dan berhemat, ya itu! Menabung sepertinya tak mungkin, apa yang mau ditabungkan? Semuanya cukup sampai kedatangan uang berikutnya, tak banyak berlebih. Tapi sepertinya bisa kok, ada titik terang di setiap keinginan. Sangat misterius jika tak bisa dibilang bisa. Eta bahkan juga akan menabung. Aku lihat di blognya, tulisan tentang menabung. Untuk selanjutnya setiap uang di tangan akan ada perincian yang jelas, anggarannya harus jelas jangan sampai kecolongan dan terombang-ambing seperti sekarang.
Ada acara menarik dan kreatif sekali. Lomba menulis sms cepat, bagi pemenangnya akan disediakan hadiah menarik. Mudah-mudahan bukan payung cantik. Setelah aku dan Eta bertanya ke information. Kata informasi itu keren sekali. Mungkin sama dengan kata Kangen. Jadi Informasi=Kangen. Sebuah handhone adalah hadiah yang menarik itu. Sebuah handphone moto... Saya tak bisa menyebukan secara lengkap karena saya terikat kontrak dengan Sony Ericsson sampai rusak. Mungin diperpanjang hingga masih bisa digunakan untuk sms atau menerima telfon, hmm kebetulan menelfon, sepertinya jarang sekali terjadi. Putus kontrak ketika keypadnya benar-benar tidak berfungsi lagi, speaker pecah sehingga suara tukang telfonnya bercabang tiga, atau layarnya sudah tak penuh. Temanku ada hpnya yang layarnya tak penuh. Setiap mengirim sms pasti bagian atasnya kosong, perkiraanku 3 kali memencet tombol ke bawah, informasi darinya baru kita dapatkan. Nah kadang informasi itu ada unsur-unsur ke-kangen-an. Akhirnya aku menemukan korelasi antara kata informasi dan kata kangen. Eta semangat sekali ingin ikut, sampai mau latihan dulu. Sekarang tanggal 28 April, besok hari terakhir pamerannya. Entah besok lombanya masih diadakan atau tidak aku tak tahu. Kesempatan terakhir adalah besok, selasa 29 April 2008. Eta sepertinya tidak terobsesi pada pencapaian tercatat dalam rekor MURI sebagai pembuat sms tercepat. Eta itu orangnya penasaran, dan suka hal-hal yang lucu. Yah salah satunya ini, lomba sms tercepat. Tak terbayangkan betapa menggemaskannya jika Eta jadi mengikuti lombanya.

Tidak ada komentar: