Selasa, 29 April 2008

Aku

aku tak punya sikap sekarang, bukannya tak berani mengambil sikap tapi tak tahu harus bersikap. Yah terkadang dan seringkali hidup memang sangat aneh. Sudah dekat tapi selalu terasa jauh, sudah di sisi tapi seakan mati. Dia yang mengubah sedikit ritme kehidupanku. Aku bukan orang yang berada di jalan yang benar sebelumnya, dan bukan juga orang yang berada di jalan yang salah. Aku melaju di koridor yang ku tentukan sendiri, merasa tak pernah terombang-ambing, tapi mungkin saja sedang di oper kesana kemari. Selalu merasa jemu, selalu merasa ada yang kurang, selalu merasa belum tepat posisinya. Itu saat aku belum bersamanya.

Ketika aku menghadirkan diri dalam dirinya, dia menerobos jauh ke dalam hati. Apakah benar? Hanya dia yang tahu. Dia membawa kesejukan, membawa angin segar dalam hidupku. Dia menumpahkan sumpah serapahku, semuanya tanpa ada yang harus tersisa, untuk hari esok mungkin. Tapi tidak baginya, hari ini semuanya harus habis. Kegamangan-kegamanganku, dia mempelajari sesuatu untuk media pelajari itu. Aku tak pernah menyelesaikan perkataanku, karena dia tahu apa yang akan aku katakan, walaupun aku agak mengecewakan seperti menghindari, tanpa perlu suatu pembahasan yang tak tergantung dalam bingung.
Dia selalu benar, tak ada keegoisan, makanya aku semakin segan dan bertambah-tambah pemujaanku terhadapnya.

Ingat suatu yang konkrit, saat dia memberiku makan. Dia memasakkan apa yang ku makan. Energi setelah aku makan aku transformasikan ke dalam formula-formula pikiran. Bagaikan sebuah jeruk jatuh dari pohon kelapa beberapa meter dari rumahnya.

Tidak ada komentar: