Senin, 19 Januari 2009

Sore, Potongan Sudut Jakarta

Tembok panjang yang tak ter-plester dengan selesai membatasi sepanjang aliran kali kecil, penuh sampah. Plastik-plastik bekas belanja di swalayan atau layangan yang hanya tinggal kerangkanya saja menjadi penghias aliran air kehitaman. Di balik tembok ada beberapa rumah yang berbatasan langsung, bahkan air terjun mini dari pipa banyak muncul ke dalam kali. Air pembuangan rumah tangga. Campur baur bau yang dihembus-hembuskan angin.
Di sisi kali yang lain ada ruas jalan masih bebas, terkadang diapit oleh bangunan yang kebanyakan rumah penduduk, atau kalau tidak warung kebutuhan sehari-hari yang dipaksakan berdiri. Sore hari, seorang bapak menggendong anaknya yang baru beberapa tahun, sesaat meninggalkan lelahnya pekerjaan yang menghinggapi dari pagi. Beberapa pemuda duduk-duduk di bale-bale dan kursi yang disediakan seadanya oleh pemilik warung. Salah seorang membaca tabloid Top Skor sekedar mengetahui jadwal pertandingan bola liga eropa minggu ini, dan sedikit berharap dengan analisis pertandingan di tabloid agar bisa menang taruhan nanti. Dua lainnya dengan pakaian yang masih rapi dan sepatu terpasang bercakap-cakap ngalor-ngidul tentang sesuatu. Bapak tua dengan topi koboi menemani dan nimbrung sekali-sekali. Abu rokok berjatuhan melalui pegangan sela-sela jari ke kali yang masih mengalir pelan.
“Mmmamam….mmmm”si bayi dalam gendongan bapaknya berteriak ingin mengungkapkan sesuatu.
Si bapak menimang-nimang ke kiri dan ke kanan sambil bolak balik di depan dua pemuda dan orang tua tadi.
“Ada apa e si kecil, kecil…?”ujar orang tua, bermaksud menggoda si bayi sambil meminta bapaknya mengalihkan gendongan kepadanya.
Tapi tak jadi, karena ibu si bayi keburu datang sambil membawa bubur dalam kotak kecil. Pelan-pelan bayi itu dipindahkan bapaknya ke dalam kereta. Sambil mendorong-dorong kereta si ibu menyisipkan sendok kecil ke mulut mungil anaknya.
Si kecil menangis dan membuat si ibu membawa bayinya ke dalam rumah. Kusen jendela yang dicat hijau pekat serasi dengan permukaan rumah yang warna hijaunya lebih terlihat lembut. Dari luar jendela dilapisi terali besi hitam. Tak ada halaman di sini, hanya beranda yang ditemani sepasang kursi beserta mejanya. Di sebelah kiri ada bangunan dua lantai memanjang ke samping, kira-kira 8 meter. Ada bagian menjorok ke belakang jika dilihat dari depan. Lantai bawah ada tiga kamar yang berfungsi dan selebihnya sedang direnovasi. Di ujung bangunan ada tangga untuk naik ke lantai dua. Di atas ini, hanya dua pintu yang terbuka, selebihnya dikunci dengan gembok, keseluruhan ada enam kamar yang disediakan untuk kost-kosan.
Si ibu dengan bayi kecil tadi yang menjadi pengelola rumah kos-kosan yang sebagian besar di isi oleh mahasiswa Teknik Elektomedik dan Radiografi, Universitas Politeknik Kesehatan Jakarta.
Bedak tipis di pipi, sambil masih sempat sesaat menyemprotkan pewangi ke t-shirt yang dikenakan. Sementara seorang lagi sibuk mengikatkan tali sepatu sportnya. Dari salah satu kamar sayup-sayup terdengar perintah ke arah kamar mandi agar yang di dalam lebih cepat. Kawasan Senayan menjadi tujuan mereka sore ini, hari rabu adalah jadwal untuk joging. Handuk kecil dan tas tersandang di lengan gadis yang tadi mengikat tali sepatu dan sekarang telah berdiri, menunggu 3 orang temannya.
“Kaus kakiku, dimana?” yang baru keluar kamar mandi mengajukan pertanyaan entah kepada siapa sambil terus berlalu ke dalam kamar. Semuanya serba cepat setelah itu, ketika salah seorang menyuruh yang lain segera, karena teman yang lain telah menunggu.

Tidak ada komentar: