Senin, 05 Januari 2009

Kepercayaan Lokal Menjawab Persoalan Global Warming

Sejauh mana filsafat dalam aspek-aspek kosmologi memaknai global warming

Filsafat pada umumnya membahas dan mengkaji hal-hal yang mendasar. Dalam menyikapinya terkadang perlu ada sinkronisasi dalam memaknai antara yang umum dan khusus. Dalam pemahaman filsafat juga mengacu kepada being and non-being. Lalu tercabang kepada permasalahan yang melingkupi objek-objek filosofis. Kosmologi yang secara paling umum disebut sebagai ilmu pengetahuan tentang alam atau dunia. Kosmologi tidak kerap membicarakan tentang benda material yang mati saja seperti batu, udara dan sebagainya. Tetapi kemudian juga melangkah jauh kepada makhluk-makhluk yang hidup di atasnya, manusia dan sebagainya. Kosmologi berangkat dari keseluruhan aktivitas duniawi, yang membahas segala macam tentang dunia dan materi-materinya. Seperti permasalahan ruang dan waktu yang mendasari perbedaan antara kuantitas dan kualitas. Maka dapat dikatakan bahwa sifat kosmologi adalah lebih luas dan mendasar tentang segala keuniversalan alam (nature). Kosmologi dalam diskursus filsafat mempelajari manusia dan kosmos sebagai “objek”, yaitu suatu kenyataan objektif dengan struktur dan arahnya sendiri. Setiap topik yang berkembang dalam pembicaraan kosmologi dapat dan sepertinya harus disertai dengan analisis konsekuensi-konsekuensi bagi pengetahuan.
Substansi dalam kosmos secara khusus dapat diambil kesimpulan bahwa manusia memiliki keunggulan di dalam kosmos. Jadi peran penting manusia sebagai sasaran dan puncak seluruh evolusi kosmis terlihat disini. Dalam tulisan ini saya menjadikan manusia sebagai subjek yang berhadapan dengan aktivitas alam. Gejala-gejala alam tidak pernah lepas dari andil manusia dalam mencapai tempat tertinggi kepadatan dan kekayaan yang menentukan kosmos. Manusia adalah pengkosmos. Dengan begitu muncul keinginan dan kemutlakan bagi manusia, dengan sendirinya manusia dibebani tanggung jawab dan kebebasan yang mutlak, dalam hal ini terhadap alam.

Filsuf Jerman, Friedrich Nietzsche dengan radikal mengatakan bahwa kehendak berkuasa adalah “dunia”. Gagasan Nietzsche tentang kehendak untuk berkuasa ini merupakan saripati dari seluruh petualangan pemikiran Nietzsce, kesimpulan ini merupakan hasil-hasil percobaan (Versuch) lewat kontemplasi yang panjang, bukan ditarik begitu saja dari premis-premis silogisme yang dituangkan dalam suatu tulisan yang sistematis.

Melalui metode filsafatnya yang menghasilkan tulisan-tulisan yang tidak terikat pada suatu sistem, Nietzsche menemukan bahwa kehendak untuk berkuasa merupakan prinsip dari seluruh kehidupan manusia dan alam (St. Sunardi, 1996).
Kelanjutan dalam berbagai aspek dari gagasan Nietzsche tersebut, politik, negara moralitas dan sebagainya. Tentang kedudukan manusia dalam dunia (die Sonder Stellung des Menschen im Cosmos). Nietzsche menolak gagasan bahwa manusia hanyalah merupakan anugerah yang diberikan alam sebagaimana yang dikemukan Charles Darwin. Nietzsche juga tidak menyetujui pandangan religius yang mengakui bahwa manusia adalah rahmat ilahi. Menurut Nietzsche kedudukan manusia terletak diantara binatang dan apa yang disebut Ubermansch. Yang membedakannya adalah bahwa manusia mempunyai tujuan yang hanya dapat dicapai oleh manusia itu sendiri dengan menggunakan kemampuan (potensia) dan kemungkinan untuk mengatasi dirinya. Manusia yang tidak merealisasikan kemungkinan dan potensi-potensinya akan tetap sebagai status binatang. Ubermansch adalah semacam manusia “ideal” yang dapat merealisasikan semua kemungkinannya “aussereste Moglichkeit des Menschen” (Curt Freidlein,1984).
Sejak dikenalnya ilmu mengenai iklim, para ilmuwan telah mempelajari bahwa ternyata iklim di bumi selalu berubah. Pada abad 19, studi mengenai iklim mulai mengetahui tentang kandungan gas yang berada di atmosfer, disebut “gas rumah kaca”, yang bisa mempengaruhi iklim di bumi. Gas rumah kaca adalah suatu efek, dimana molekul-molekul yang ada di atmosfer kita bersifat seperti memberi efek rumah kaca. Efek rumah kaca, seharusnya merupakan efek yang alamiah untuk menjaga temperatur permukaaan bumi berada pada temperatur normal, sekitar 30°C, jika tidak, tentu saja tidak akan ada kehidupan di muka bumi. Secara umum karbondioksida adalah penyumbang utama gas kaca. Sumber utama peningkatan konsentrasi karbondioksida adalah penggunaan bahan bakar fosil, ditambah pengaruh perubahan permukaan tanah (pembukaan lahan, penebangan hutan, pembakaran hutan, mencairnya es). Dalam arti lain aktivitas manusia dari agrikultural.
Salah satu perspektif yang berkembang mengatakan bahwa manusia-lah yang menjadi penyebab utama terjadinya pemanasan global. Laporan IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) tahun 2007, menunjukkan bahwa secara rata-rata global aktivitas manusia semenjak 1750 menyebabkan adanya pemanasan. Perubahan kelimpahan gas rumah kaca dan aerosol akibat radiasi matahari dan keseluruhan permukaan bumi mempengaruhi keseimbangan energi sistem iklim.
Manusia adalah makhluk yang bereksistensi terus menerus, memerlukan alam sebagai wadah untuk kegiatan survivalnya tersebut. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mempengaruhi kemampuan manusia melaksanakan “kehendak untuk berkuasa”. Lalu, apa yang menyebabkan alam menjadi salah satu ancaman terbesar manusia dan lingkungannya pada semester? Yang berkembang sekarang adalah pemanasan global, yang membuat ilmuawan ataupun yang berkepentingan terhadap hal ini menekankan pada masyarakat (manusia-manusia) bahwa ini ancaman terhadap kelangsungan manusia yang berangkat dari “kehendak untuk berkuasa” tadi.
Dalam kepercayaan masyarakat tradisional bahkan modern sekalipun, takhayul menjadi satu bagian penting dalam berhubungan dengan alam. Ada yang merasa salah dengan takhayul karena kesadaran modern membebaskan manusia dari takhayul, dari batas dan ketakutan yang disebabkan oleh hal-hal yang tidak dapat dibuktikan atau diterangkan dengan akal sehat. Takhayul mewarnai kepercayaan lokal. Salah satu kontribusi yang dapat diterapkan terhadap permasalahan pemanasan global ini adalah menghidupkan kepercayaan lokal yang di dalamnya terkandung cerita dan ajaran-ajaran yang filosofis. Pada masa silam manusia takut bukan kepada Tuhan (sebelum agama monoteisme ada), melainkan kepada alam. Alam dipercaya keramat, dengan demikian tak boleh disewenangi. Pemanfaatannya harus dengan permisi dan dalam batas-batas yang tahu diri. Pada hari-hari tertentu pepohonan tua diberi sesajen. Kepada gunung dan kawah purba diupacarakan persembahan. Pada musim-musim tertentu (terutama musim birahi binatang) manusia pamali berburu. Manusia tidak punya mesin pendingin untuk menyimpan daging sehingga membunuh secukupnya yang bisa dimakan. Seperti singa, mereka tidak membunuh rusa beberapa ekor sekaligus lalu menyimpannya dalam “kulkas”. Maka tak ada hewan atau pepohonan yang dibantai (dibantai dalam arti dihabiskan dalam jumlah berlebihan). Semua makhluk hidup dalam keadaan seimbang. Seperti Yin Yang, dalam filsafat Cina.
Keseimbangan dan rasa takut sekaligus menghormati alam membuat struktur alam seimbang. Setidaknya dari segi ini dapat mengerem produktivitas dan keinginan manusia untuk berkuasa termasuk alam dan dunia seperti yang dikatakan Nietzsche. Bahwa ada nilai-nilai tradisional yang harus diperhatikan.

Tidak ada komentar: