Jumat, 06 Februari 2009

Nonton Bareng Madagascar 2


Dua motor keluar dari sebuah rumah di blok C nomor 2, perumahan Muslim Darussalam Condong Catur, Sleman. Saya mengendarai motor lama Astrea Grand hitam keluaran tahun 1994. Membonceng perempuan kelas 3 SMP, namanya Adelia. Adik kembarnya, Aldo dan Aldi duduk di jok belakang Mio. Di depan yang memegang kendali Arleta. Dia anak pertama dari pasangan Suradji dan Katini.


Jumat pagi, tanggal 2 Januari 2009. Dari malam sebelumnya saya dan Arleta smsan membahas akan diajak main kemana adik-adiknya. Adelia, Aldo dan Aldi.

Mereka sempat bete ketika malam pergantian tahun baru. Kali ini mereka diajak bapak ibunya liburan ke rumah di Jogja, tidak seperti perayaan tahun baru sebelumnya. Biasanya mereka sekeluarga berkumpul di rumah Sukoharjo. Mereka berharap akan keluar pas pergantian tahun baru. Tapi seperti tahun-tahun sebelumnya, tidak di Sukoharjo tidak di Jogja sama saja. Mereka tetap di rumah. Play Station yang dibawa dari Sukaharjo menemani Aldo dan Aldi. Adelia sibuk dengan HP-nya, lalu menonton TV bersama bapak dan ibu, atau ngobrol dengan mbak Yati, pembantu rumah tangga mereka yang juga diboyong ke Jogja.

Arleta terhindar dari kemuraman dalam rumah. Ia senang saat diizinkan orang tuanya untuk merayakan tahun baru di luar. Pukul 9 malam 31 Desember saya menjemput Eta ke rumah. Dia menggunakan kemeja bergaya Korea, yang tempo hari dibeli di Miami Beach. Rambutnya di keriting, cantik sekali. Kita keliling jalanan Jogja, beli terompet dan akhirnya terjebak di Alun-alun Utara Keraton.

Dari arah malioboro, orang-orang tumpah ruah menumpuk ke arah Monumen Serangan Umum 1 Maret. Kawasan ini menjadi titik keramaian, dari Rumah Sakit PKU Muhammadiyah di timur dan Bank Indonesia di barat, semakin malam semakin mendesak ke arah alun-alun. Hingga sampai akhirnya kuota penuh, tak ada lagi tempat untuk bergerak ke luar. Di Alun-alun dimeriahkan oleh penampilan band, sedangkan di Monumen Serangan Umum 1 Maret menampilkan wayang dengan musik kontemporer. Posisi Arleta dan saya di jalan samping Bank BNI 46. Tak bisa menuju alun-alun, tak bisa mendekat ke monumen. Sampai teng pukul 12, kami duduk di atas motor, meniup terompet bergabung dengan ratusan manusia lainnya. Kembang api berterbangan di udara dari dua arah.

Arleta mendokumentasikan suasana di sana dengan handycam. Butuh sejam untuk jalan keluar. Jam 2 kurang baru sampai di rumah. Ibu Arleta membukakan pintu dengan mengantuk-ngantuk.

Keesokan harinya, Adelia, Aldo, Aldi minus Arleta dibawa bapak dan ibu mengisi waktu liburan. Ke candi Borobudur dan taman wisata di daerah Magelang. Mbak Yati ikut. Xenia putih meninggalkan rumah sekitar jam 9 pagi.

Sore hari mereka sekeluarga kembali. Bapak dan Ibu malamnya balik ke Sukoharjo. Arleta dititipi adik-adiknya, ditemani mbak Yati.

Karena menimbang kebosanan adik-adik, Arleta dan saya sepakat membawa mereka jalan-jalan besoknya.

“Mereka terserah mau kemana, ngikut aja” kata Arleta.

Lampu merah di pertigaan gejayan dan Universitas Negeri Yogyakarta memberi kesempatan saya bertanya tujuan ke Arleta.

Malioboro sudah ramai walaupun hari masih pagi. Kami parkir di depan mal Malioboro. Masuk ke dalam menuju arena bermain anak-anak. Aldi dan Aldo ke tempat penukaran koin. Sekitar sejam di sana, membawa pulang 2 buah pensil hadiah dari tiket-tiket yang keluar dari mesin-mesin game.

“Kemana lagi ta?” tanya saya mendekat ke arahnya saat menuruni eskalator.

“Ga tau, kamu ada ide ga?”

“Tanya adek-adek?”

“Mereka ga tau, mereka ikut aja kemana”.

“Taman Pintar mau ga?”

“Ya, bolehlah”.

Arleta menggandeng Aldi, mengekor di belakang Aldo dengan Lia. Saya paling belakang. Menuju Ice Cream McD di selatan mal. Untuk adik-adiknya es krim yang menggunakan mangkok, biar tidak tumpah.

Aldo dan Aldi dibujuk Arleta untuk boncengan dengan saya. Gantian dengan Lia yang dari rumah dengan saya. Sebelum berangkat dari rumah, sudah ada perjanjian gantian boncengan. Waktu berangkat tadi Aldo Aldi langsung naik motor Eta, sekarang gilirannya dengan saya.

Aldo Aldi asyik-asyik saja, ketika sudah di jalan menuju Taman Pintar. Mereka nangkring di belakang, saya sesekali menanyakan keadaan mereka. Apakah mereka baik-baik saja, mau main kemana dan semacamnya. Mereka hanya menjawab seperlunya. Masih belum cair komunikasi antara saya dengan mereka.

Taman Pintar ramai sekali. Kita masuk ke dalam, suasananya hiruk pikuk. Tak nyaman di situ, kita langsung pergi tak jadi main-main di sana. Memang suasananya tidak terlalu cocok dengan Aldo Aldi, apalagi Lia. Aldo Aldi sekarang sudah kelas 4 SD. Dan kebanyakan anak-anak di taman pintar lebih kecil dari mereka. Mungkin lebih pas untuk anak SD kelas 1 atau 2 dan TK ke bawahnya.

Kembali ke parkiran motor setelah hanya mengitari bagian depan taman pintar.

Ambarukmo Plaza megah berdiri di jalan solo. Gedungnya bercat kuning. Sepanjang 2004 pembangunan mal ini menjadi perbincangan publik karena merusak situs bangunan bersejarah keraton Pesanggrahan Ambarukmo.

Para aktivis menentang dengan alasan merusak bangunan bersejarah. Tata ruang kota, budaya dan ekonomi yang mengacu kepada rakyat kecil juga menjadi persoalan. Fahri Salam, seorang wartawan lepas memaparkan secara panjang tentang hal ini dalam tulisannya “Jagad Mal Jogja”.

Kami berlima di Studio bioskop 21 Amplas. Satu-satunya di Jogja. Senin sampai jumat tiket seharga dua puluh ribu. Weekend atau hari libur dua puluh lima ribu. Ukurannya mahal jika dibandingkan dengan kota-kota besar lain. Ada 2 pilihan film yang cocok untuk ditonton di masa liburan ini, dengan adik-adik Arleta tentunya. Madagascar 2 dan Felix & Obelix. Saya dan Arleta memutuskan membeli 5 tiket untuk film Madagascar 2. Studio … pukul …

Tumpangan saya berganti lagi. Sekarang saya bersama Lia lagi. Hujan rintik-rintik turun saat kita kembali ke rumah. Sebentar lagi shalat Jumat. Saya menawarkan Aldo dan Aldi jumatan bersama. Arleta menanyakan mereka mau jumatan dengan saya, tapi mereka tidak mau. Walaupun ditakuti akan dimarahi ibu kalau tidak shalat mereka berdua tetap tidak tergoyahkan. Saya pulang dulu ke kos, nanti sore ke sana lagi. Jemput untuk nonton film.

Dari siang sampai sore hujan terus turun. Sempat berhenti tapi tak lama langsung deras lagi. Sayang sudah beli tiket. Mengenakan mantel saya ke rumah Arleta lagi, hujan semakin deras. Walaupun sudah pakai mantel jaket saya basah. Untung saya telah antisipasi dengan membawa jaket satu lagi.

Mereka sudah menunggu, sepertinya sudah siap berangkat. Tapi tak mungkin berangkat jika hujan masih sangat deras. Mantel tak akan membantu. Lain cerita kalau hanya saya dan Arleta berangkat berdua, kita akan lanjut saja. Tapi dengan membawa adik-adiknya, saya khawatir mereka terkena flu. Apalagi jika ketahuan ibu bapak. Tentu Arleta yang dimarahi jika mereka sampai sakit.

Saya menyuruh Arleta telfon taksi. Tapi si sopir taksi bilang sedang tidak kerja. Akhirnya saya mencari taksi ke luar. Sampai ke pasar Condong Catur, jaraknya dari rumah Arleta hampir satu kilometer.

Tak menunggu lama, langsung dapat. Saya diiringi taksi di belakang kembali ke rumah. Motor saya parkir di garasi. Semua langsung bergerak saat taksi menunggu di depan pagar. Satu-persatu masuk ke dalam taksi setelah pamit ke mbak Yati.

“Amplas pak”, kata saya.

Lia di depan. Arleta, Aldo, Aldi dan saya di belakang. Taksi jalan pelan, saat melewati jalan di STIE YKPN malah terjebak macet. Jalannya sempit dan banyak dilalui kendaraan saban waktu. Sebentar lagi filmnya akan diputar. Sepertinya kami akan terlambat.

Kami tergesa-gesa ketika sampai di pintu samping Amplas, lantai 1. Studio 21 di lantai 3.

Pintu studio 4 telah dibuka. Kenyataannya memang terlambat sekitar beberapa menit. Filmnya diputar 17:50 . Saya bertanya kepada orang di samping, dia jawab belum terlalu lama. Arleta di pojok bangku F.1, lalu Aldo, Aldi, Lia dan saya di F.5.

Filmya lucu, banyak adegan yang bikin ketawa. Sesekali saya curi pandang ke Aldo dan Aldi. Mereka tampak menikmati. Bercakap dengan Lia dan Eta terkadang. Bahkan Aldo beberapa kali saya lihat melirik ke kanan kiri, mengamati keadaan sekeliling agaknya.

Madagascar 2 durasinya tak terlalu lama. Overall kami semua senang. Sampai filmnya selesai kami masih tertawa-tawa sendiri. Sepertinya ingin menonton lagi. Arleta senang dengan si “moto-moto”, kuda nil yang menggoda, hingga “gloria” jatuh hati.

Saat jalan ke Carrefour saya tanya ke Aldo Aldi bagaimana menurut mereka filmya. Mereka menjawab lucu. Dan tak banyak bicara. Antara saya dan Aldo Aldi suasananya belum cair. Baru sekali ini kami jalan bersama.

Lia antri di kasir carrefour. Sambil membawa sekantong belanjaan, isinya minuman dan beberapa cemilan.

Sampai balik ke rumah lagi, saya belum juga bisa mendekatkan diri dengan Lia, Aldo dan Aldi. Arlete bilang mereka memang pemalu. Wajar di peristiwa jalang bareng pertama ini kata Arleta.

Kami semua masih sempat makan sate ketika sudah di rumah. Jam setengah sembilan saya pamit pulang.

Arleta cerita. Besoknya ibu bapak ke Jogja lagi. Aldo Aldi cerita tentang nonton film. Mereka kelihatan semangat dan banyak detail yang mereka ingat. Kapan ya kita bisa nonton film bareng lagi? Pikir saya.

Tidak ada komentar: